Revolusi
Cina Abad 19
(Disusun guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Seajara Asia Timur II)
(Dosen Pengampu Mata Kuliah
Sumaryono,M.Si)
Disusun
Oleh :
NARA
SETYA WIRATAMA 100210302001
I
MADE PUJA LAKSANA 100210302002
FANDU
DYANGGA PREDETA 100210302003
MUHAMMAD
ADI GUNAWAN 100210302004
EKA
AULIA PITRI YANA 100210302005
MARFIANA
CHAIRUNNISA 100210302006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Revolusi
Cina Abad 19”
Penulis menyadari bahwa
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata,
penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan
Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kami. Amin.
Pemulis
DAFTAR
ISI
COVER…………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1
Latar belakang………………………………………………………...
1.2
Rumusan Masalah………………………………………………………….
1.3
Manfaat…………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
2.1
Keadaan Bangsa Burma dan Kedatangan Inggris…………………….
2.2 Konflik Antara
Inggris dan Kerajaan Burma……………………………….
2.3 Burma Menjadi Wilayah Jajahan Inggris…………………………………….
2.4 Munculnya Nasionalisme………………………………………………
2.5 Akhir Masa Kolonialisme Inggris dan Awal
Kolonialisme Jepang……………..
2.6 Kemerdekaan Semu……………………………………
2.7 Perang Kemerdekaan…………………………………….
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..
3.1
kesimpulan……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...............
BAB I .PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir periode Dinasti
Qing, China yang selama dua ribu tahun berada dalam kekuasaan yang berdasar
atas system kekaisaran akhirnya mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan rakyat
yang merasa Dinasti Qing pada akhir kekuasaannya Dinasti Qing (清朝, 1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir Han Cina, oleh suku Manchu (滿族,满族) dari
sebelah timur laut Cina pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan dinasti feodal terakhir yang
memerintah Cina. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam periode
penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644). Bangsa Manchu kemudian
mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang
dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti pribumi Cina sebelumnya. Pada Pemberontakan
Taiping (1851–1864), sepertiga
wilayah Cina sempat jatuh dalam kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan
keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan yang menyebut dirinya "Raja Langit".
Pada tanggal 12 Februari 1912, kaisar terakhir Qing, Kaisar Xuantong turun tahta, menyusul Revolusi Xinhai. Sebulan setelahnya, pada 12 Maret 1912, Republik Cina didirikan dengan Sun Yat-sen sebagai presiden
pertamanya.Perbudakan di Cina dihapuskan pada tahun 1910. Pada tahun 1928, setelah konflik berkepanjangan antara panglima-panglima perang yang terjadi antara 1916-1928, sebagian besar Cina dipersatukan di bawah Kuomintang (KMT) oleh Chiang Kai-shek. Sementara itu, Partai
Komunis Cina (PKC) yang berhaluan komunis mulai juga menancapkan pengaruhnya dan menjadi pesaing
utama Kuomintang yang menimbulkan Perang
Saudara Cina.Kedua partai Cina ini
secara nominal sempat bersatu dalam menghadapi pendudukan Jepang yang dimulai
tahun 1937, yaitu selama Perang Sino-Jepang (1937-1945) yang merupakan bagian Perang Dunia II. Mengikuti kekalahan Jepang tahun 1945, permusuhan KMT
dan PKC berlanjut kembali setelah usaha-usaha rekonsiliasi dan negosiasi gagal
mencapai kesepakatan. (Lihat: Perang Saudara Cina).
Di akhir
Perang Dunia II tahun 1945 sebagai bagian dari penyerahan kekuasaan Jepang,
pasukan Jepang di Taiwan menyerah kepada pasukan Republik Cina di bawah Chiang
Kai-shek yang memegang kendali atas Taiwan. Konflik antara partai-partai Cina
yang dimulai sejak 1927 berakhir secara tak resmi dengan pengunduran diri
Kuomintang ke Taiwan pada tahun 1949 dan menjadikan Partai Komunis Cina sebagai penguasa
tunggal di Cina daratan. Sampai sekarang, pemerintah yang memerintah Taiwan
masih menggunakan nama resmi "Republik Cina" walaupun secara umum dikenal
dengan nama "Taiwan".
Untuk itu kelompok kami akan membahas
perjalanan Revolusi Xinhai oktober 1911 hingga tebentuknya Negara China seperti
sekarang ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Terjadinya Perang candu?
2.
Bagaimana
proses keruntuhan Dinasti Qing
& Latar Belakang timbulnya nasionalisme china?
3.
Bagaimanakah ajaran Sun Yat-Sen sebagai tokoh
nasionalisme China?
4.
Bagaiamanakah jalannya revolusi China 1911?
5.
Bagaiamana keterkaitan China dalam Perang Dunia
I?
1.3 Tujuan
1 Mengetahui terjadinya perang candu
2
Mengetahui proses runtuhnya Dinasti Qing
sebagai bentuk pemerintahan kekaisaran terakhir di China & latar belakang
timbulnya nasionalisme China.
3
Mengetahui ajaran Sun yat sen sebagai tokoh
nasionalisme di China.
4
Mengetahui bagaimana jalannya revolusi China
1911.
5
Mengetahui bagaimana keterkaitan China dalam
perang Dunia I.
BAB II.PEMBAHASAN
2.1 Perang Candu
Perang dalam
negeri (pemberontakan) maupun invasi negara asing yang terjadi nyaris
berentetan dalam kurun waktu 100 tahun sebelum kejatuhan Dinasti Qing. Rentetan
diawali dengan kekalahan Dinasti Qing pada Perang Candu I (1839-1842) yang
sebelumnya didahului trade imbalance antara Kerajaan Inggris dengan Dinasti
Qing. Kerajaan Inggris berusaha menyiasati kerugian dengan memperdagangkan
candu yang akhirnya menjadi nama militer konflik terbuka antara dua kekuatan
ini.
Sebagai
pecundang, menurut Perjanjian Nanking, Pemerintah Qing diharuskan membayar
total 21 juta dollar dan dikenakan bunga 5% per tahun jika tidak mencicil tepat
waktu. Termasuk juga menjadikan Hong Kong sebagai koloni Kerajaan Inggris.
Perang Candu I berakhir hanya untuk disambung dengan Pemberontakan Taiping
(1851-1864) yang semakin melemahkan Dinasti Qing. Untuk diketahui, ini adalah
perang dengan korban terbanyak untuk abad 19. Pemerinatahan Kaisar Xianfeng
(1850-1861) bahkan didominasi oleh pemberontakan ini. Sang Kaisar tidak
memiliki cukup umur untuk menyaksikan pemberontakan ini ditumpas tuntas.
Perang
seakan-akan melepas rindu dengan Dinasti Qing. Dalam kurun waktu pemberontakan
Taiping, muncul pemberontakan lain seperti : Pemberontakan Panthay (1856-1873)
dan Pemberontakan Dungan I (1862-1877). Tak ketinggalan juga Perang Candu II
(1856-1860) Walaupun pemberontakan demi pemberontakan bisa ditumpas, tapi
kondisi Dinasti makin lemah. Dinasti Qing lagi-lagi harus membayar kerugian
perang karena lagi-lagi kalah pada Perang Candu II. Salah satu yang harus
dipenuhi pada Perjanjian Tianjin adalah harus membayar 2 juta tael kepada
masing-masing Kerajaan Inggris dan Perancis. Selain itu harus membayar 3 juta
tael untuk kerugian Pedagang Inggris. Ganti rugi terbesar diwajibkan Perjanjian
Shimonoseki setelah Dinasti Qing kalah dalam Perang Sino Jepang (1894-1895)
yaitu sebesar 340,000,000 tael atau sama dengan 13,600 ton batangan perak. Ini
senilai dengan 510,000,000 yen, setara dengan 6.4 kali pemasukan Pemerintah
Jepang saat itu.
Belajar dari
kekalahan. Itulah langkah yang diambil Dinasti Qing setelah melihat kenyataan
bobroknya kekuatan mereka saat menghadapi Pemberontakan Taiping dan 2 kali
Perang Candu. Tak lama setelah Kaisar Tongzhi naik tahta untuk menggantikan
Kaisar Xianfeng, pada tahun yang sama 1861, dimulailah gerakan modernisasi
dengan mempelajari dan mencontoh kemajuan Negara-negara Eropa yang digagas oleh
Paman Raja Gong. (Beliau adalah adik tiri dari Kaisar Xianfeng, yang berarti
paman dari kaisar Tongzhi).
Sampai tahun
1895, modernisasi yang dilaksanakan meliputi berbagai bidang seperti kemiliteran
(pelatihan, persenjataan, struktur, taktik dsb), bidang tarif dagang,
komunikasi, perkapalan, perkereta-apian, produksi, pendidikan. Yang perlu
ditekankan adalah efek pada modernisasi pendidikan. Di masa inilah untuk
pertama kalinya, pihak dinasti mensponsori pengiriman pelajar untuk belajar di
luar negeri. Inilah kesempatan untuk belajar langsung pada Negara-negara Barat
dan setelah pulang, menerapkannya untuk me-modernisasi Dinasti Qing.
Pada prosesnya
usaha ini bukan tanpa halangan. Kaum konfusianis konservatif masih menganggap
bahwa China tidak perlu jalan ala Barat untuk mencapai kejayaan. Tidak
tanggung-tanggung, kaum pro modernisasi harus menghadapi penyokong konfusianis
konservatif yaitu Ibu Suri Cixi (Istri dari Kaisar Xianfeng, yang berarti Ibu
kandung Kaisar Tongzhi) Ironisnya, yang menyebabkan modernisasi ini gagal bukan
perlawanan dari Konfusianis Konservatif tapi KORUPSI dan NEPOTISME yang sudah
amat sangat kronis. Gerogotan korupsi dan gangguan nepotisme membantu
mewujudkan kekalahan total angkatan laut hasil modernisasi (yang disebut
Angkatan Laut Beiyang) pada perang Sino-Jepang. Sentimen
anti Manchu muncul kembali. Sejak Dinasti Qing berkuasa di China, rakyat masih
menggangap bahwa orang Han dipimpin oleh orang Manchu. Walaupun ada usaha untuk
membaurkan etnis Han dengan etnis Manchu, hasilnya masih tidak menonjol. Malah
setelah menyaksikan kekalahan bertubi-tubi, keinginan untuk memimpin diri
sendiri bagi etnis Han, makin kuat. Namun setelah menyadari bahwa persoalan
bukan pada dari etnis mana yang memerintah melainkan dari efektif tidaknya
pemerintahan, sentimen ini beralih menjadi pemicu revolusi untuk menggulingkan
sistem dinasti feodal.
2.2 Latar Belakang Timbulnya Nasionalisme Cina
Cina merupakan negara yang memiliki
sejarah cukup tua. Negara ini diperintah oleh berbagai dinasti. Kepala
pemerintahannya disebut kaisar. Salah satu dinasti asing yang pernah menguasai
Cina adalah dinasti Manchu (dinasti Ching) 1644 – 1912 yang berasal dari
Manchuria.
Nasionalisme
Cina tersulut setelah rakyat kecewa terhadap penguasa Manchu yang dinilai bukan
dinasti keturunan Cina. Kebencian itu semakin memuncak setelah bangsa Inggris
mengungguli pasukan kaisar dalam Perang Candu tahun 1842. Kaisar dinilai lemah
dan bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Cina akibat penjajahan bangsa
Eropa, AS dan Jepang. Akhirnya revolusi pun pecah. Kaisar Manchu tahun 1911
digulingkan oleh rakyatnya sendiri dan Cina menjadi republik. Namun republik
ini rapuh karena panglima perangnya saling bertikai.
Dr. Sun
Yat Sen merupakan tokoh nasionalis Cina ternama. Ia mencita-citakan Cina baru
yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme,
demokrasi dan sosialisme. Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletu di
Wuchang 11 Oktober 1911. Mulanya revolusi ini berperan di Cina Selatan,
sementara Cina Utara masih dikuasai orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para
Warlord (panglima perang). Demi membentuk Cina bersatu (utara dan selatan) ia
rela menjadi presiden jendral Yuan Shih Kai 1911-1916 (salah satu Warlord yang
berpengaruh). Sementara Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan
mendirikan KuoMinTang (Partai Nasionalis). Antara 1916-1922 di Cina terjadi
kekacauan dan akhirnya dapat dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden
sampai akhir hayatnya 1924. Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Cina adalah
sebagai berikut:
1)Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap
Dinasti Manchu. DinastiManchu yang pernah membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi
pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang Hsi dan Ch'ien Lung) meninggal.
Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
2) Pemerintahan Manchu
dianggap kolot dan telah bobrok.
3)Adanya korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di
kalangan
Istana Manchu.
4) Kekalahan Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
5) Munculnya kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal
pahampaham Barat, seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum
intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk menggulingkan pemerintahan
Manchu.
2.3Ajaran
Sun Yat-Sen sebagai Tokoh Nasionalisme China
Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Sun
Yat-Sen sebagai salah satu tokoh dan juga pelopor revolusi dan nasionalisme di
China ini antara lain adalah: Tiga Prinsip Rakyat (San Min Chu I), adalah sebuah politik filsafat yang dikembangkan oleh Sun Yat-sen sebagai bagian dari filosofi untuk membuat Cina yang bebas, makmur, dan kuat bangsa. Filosofi ini telah diklaim sebagai landasan
Republik China pemerintahan seperti dibawa oleh Kuomintang (KMT). The principles also appear in the first line
of the National Anthem of the Republic of China . Prinsip-prinsip yang juga muncul dalam baris
pertama Lagu
Kebangsaan Republik Cina. Adapun isi dari ketiga prinsip rakyat tersebut adalah:
§
Prinsip Minzu
Prinsip
This (民族主義, Mínzú Zhǔyì) is commonly
rendered as 『 nationalism 』, literally 『the People』s relation』 or 『government of the People』.ini biasanya diterjemahkan sebagai nasionalisme, harfiah Rakyat, relasi atau pemerintah rakyat. By
this, Sun meant freedom from imperialist domination. Dengan ini, Sun
meyakini bahwa kebebasan itu dari dominasi imperialis. To achieve this he believed that China must develop a
"civic-nationalism", Zhonghua Minzu , as opposed to an "ethnic-nationalism", so
as to unite all of the different ethnicities of China, mainly composed by the five major groups of Han , Mongols , Tibetans , Manchus , and the Muslims (such as the Uyghurs ), which together are
symbolized by the Five Color Flag of the First Republic (1911-1928). Untuk mencapai hal ini ia percaya bahwa Cina harus
mengembangkan sebuah "civic-nasionalisme", sebagai lawan kepada
"nasionalisme etnis", sehingga dapat menyatukan semua perbedaan etnis
Cina, terutama terdiri dari lima kelompok utama dari Han , Mongol, Tibet, Manchu, dan Muslim (seperti Uyghurs), yang bersama-sama dilambangkan oleh Lima Warna Bendera Republik Pertama
(1911-1928). This sense of nationalism
is different from the idea of "ethnocentrism," which equates to the
same meaning of nationalism in Chinese language. Rasa nasionalisme ini
berbeda dari gagasan "etnosentrisme," yang setara dengan makna yang
sama nasionalisme dalam bahasa Cina.
§
[ edit ] The Principle of MínquánPrinsip Minquan
This (民權主義, Mínquán Zhǔyì) is usually
translated as 『 democracy 』; literally 『the People』s power』 or 『government by the People』. Prinsip
ini biasanya diterjemahkan sebagai demokrasi (harfiah Rakyat daya atau pemerintah oleh Rakyat). To Sun, it represented a Western
constitutional government. Bagi Sun, ini mewakili pemerintah
konstitusional Barat. First, he divided
political life of his ideal for China into two sets of 'powers':
Pertama, ia membagi kehidupan politik yang ideal untuk Cina dalam dua set
kekuasaan atau kekuatan:
1.
Kekuatan Politik
These (政權, zhèngquán) are the powers of the people to express their political
wishes, similar to those vested in the citizenry or the parliaments in other countries, and is represented by the National
Assembly .Ini adalah kekuatan
masyarakat untuk mengekspresikan keinginan politik mereka, mirip dengan yang
diberikan kepada rakyat atau parlemen di negara-negara lain, dan
diwakili oleh Majelis Nasional. There are four of these powers: election (選舉), recall (罷免), initiative (創製), and referendum (複決). Ada empat kekuatan ini: pemilu, ingat, inisiatif, dan referendum. These
may be equated to " civil rights ". Ini dapat disamakan dengan "hak-hak sipil".
2. [ edit ] The
power of governanceKekuatan Pemerintahan
§ [ edit ] The Principle of MínshēngPrinsip Minsheng
Prinsip This (民生主義, Mínshēng Zhǔyì) is sometimes
translated as 『the People』s welfare/livelihood』, 『Government for the People』 – or even socialism , though the government of Chiang
Kai-shek shied away from translating it
as such.ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai kesejahteraan rakyat (mata pencaharian) Pemerintah untuk
Rakyat atau bahkan sosialisme, meskipun pemerintah Chiang Kai-shek menjauhi
menerjemahkan seperti itu. The concept may be
understood as social
welfare or as populist ("for the people", "to pleasure the
people") governmental measures. Konsep dapat dipahami sebagai kesejahteraan sosial atau
sebagai populis ( "untuk rakyat",
"untuk kesenangan rakyat") langkah-langkah pemerintah. Sun understood it as an industrial economy and equality
of land holdings for the Chinese peasant farmers. Matahari dipahami
sebagai ekonomi industri dan persamaan kepemilikan tanah bagi petani Cina. Here he was influenced by the American thinker Henry George (see Georgism ); the land value
tax in Taiwan is a legacy thereof.
Di sini ia dipengaruhi oleh pemikir Amerika Henry George (lihat Georgism); yang nilai tanah pajak di
Taiwan adalah sebuah warisan daripadanya. He
divided livelihood into four areas: food, clothing, housing, and
transportation; and planned out how an ideal (Chinese) government can take care
of these for its people. Dia mata pencaharian dibagi menjadi empat
wilayah: makanan, pakaian, perumahan, dan transportasi; dan merencanakan cara
yang ideal (Cina) Pemerintah dapat mengurus ini bagi orang-orang.
Tradisi
moral yang dianjurkan oleh Dr Sun adalah terdiri dari "jalan
kerajaan" dan berarti emas. The
former means "what to be," while the latter means "where to
be." Mantan berarti "apa yang menjadi," sementara yang
kedua berarti "tempat untuk menjadi." The Three Principle of the Peoples will accordingly be enacted in
the following ways: Tiga Prinsip Rakyat sesuai akan diundangkan dengan
cara berikut:
a. a. The Principle of Nationalism Prinsip Nasionalisme
·
1.To liberate the Chinese people from oligarchy;Untuk membebaskan orang-orang Cina
dari oligarki;
·
2.To give every ethnic group in China equal
opportunity;Memberikan
setiap kelompok etnis di Cina kesempatan yang sama
·
3.To help deliver the people of the world from any
form of oppression.Untuk
membantu memberikan orang-orang di dunia dari segala bentuk penindasan.
b. b. The Principle of Democracy Prinsip Demokrasi
·
1.The anthentic equality; equably from the starting
point; equality of opportunities; service to avert inequality to equality.The anthentic kesetaraan; equably
dari titik awal; kesetaraan kesempatan; layanan untuk mencegah ketidaksetaraan
kesetaraan.
·
2.The rights sufficiently enjoyed by the people;
direct votes to elect officials and to make law.Cukup hak-hak yang dinikmati oleh seluruh
rakyat; langsung suara untuk memilih pejabat dan membuat hukum.
·
3.A all-powerful government.Sebuah pemerintah mahakuasa
c.c. The Principle of Livelihood Prinsip Penghidupan
·
The equalization of land-ownership; Pemerataan kepemilikan tanah
·
2."The land to the tiller" program;"Tanah ke kemudi" program
·
3.The control of private capital and the
development of national capital.Kontrol modal swasta dan pembangunan modal nasional.
The
enactment of The Three Principles of the People will provide all the Chinese
people with opportunity to be equal ethnically, politically and economic-ally. Berlakunya
Tiga Prinsip Rakyat akan memberikan semua orang-orang Cina dengan kesempatan
untuk menjadi sama etnis, politik dan ekonomi-sekutu. The new epoch of Chinese culture has begun since Dr. Sum
founded the first democratic Republic in Asia. Zaman baru dari budaya
Cina telah dimulai sejak Dr Sum mendirikan Republik demokratis pertama di Asia.
It is certain that the Chinese people,
being the holder of the old moral tradition, will attain the goals: to
establish a strong and prosperous China and to promote the brotherhood of
peoples in the world. Sudah pasti bahwa orang-orang Cina, sebagai
pemegang tradisi moral yang lama, akan mencapai tujuan: untuk membangun yang
kuat dan makmur Cina dan untuk mempromosikan persaudaraan bangsa-bangsa di
dunia
2.4
Jalannya Revolusi China 1911
Kekalahan Cina dalam Perang Candu, 1839-1842 dan
1856-1860, di tangan kekuasaan kolonial Inggris, menjadi titik balik dalam
sejarah Cina modern. It was the first
time that China's territorial sovereignty was compromised by its rulers who
signed what is known as “unequal” the Treaty of Nanking (Treaty of Nanjing).
Ini adalah pertama kalinya bahwa kedaulatan teritorial Cina itu dikompromikan
oleh para penguasa yang ditandatangani apa yang dikenal sebagai "tidak
setara" Perjanjian Nanking (Perjanjian Nanjing). In the subsequent decades, the declining Qing
Dynasty, after every defeat at the hands of colonial powers, further surrendered
China's territory and sovereignty. Dalam dekade berikutnya, penurunan
Dinasti Qing, setelah setiap kekalahan di tangan kekuasaan kolonial, cina
menyerah lebih lanjut wilayah dan kedaulatan. These developments generated unprecedented level of nationalistic
sentiments among the Chinese people against the centuries-old dynastic rule
which they held responsible for China's backwardness as well as the humiliating
defeats it suffered against the foreign invaders. Perkembangan ini
menghasilkan tingkat belum pernah terjadi sentimen kebangsaan di antara
orang-orang Cina menentang dinasti berabad-abad aturan yang mereka bertanggung
jawab atas keterbelakangan Cina serta memalukan kekalahan yang dideritanya
melawan penyerbu asing. Since then, the
feelings of nationalism have thrived unabated in China and have been aptly
capitalised by successive Chinese leaders for domestic and external policies.
Sejak saat itu, perasaan nasionalisme telah berkembang berlanjut di Cina dan
telah tepat berturut huruf besar oleh para pemimpin Cina untuk kebijakan
domestik dan eksternal. The nature of
nationalism changed under different circumstances, the ultimate objective,
however, remained the same: “to seek and preserve China's national
independence.” 1 Sifat nasionalisme berubah dalam keadaan
yang berbeda, tujuan akhir, bagaimanapun, tetap sama: "untuk mencari dan
mempertahankan kemerdekaan nasional Cina."
Adapun sebelum
terjadinya revolusi China pada tahun 1911, pemerintahan di China ini dipegang
oleh salah satu dinasti asing yang memerintah di China, yakni dinasti Qing. Dinasti
Qing (1644 - 1911),
dikenal juga sebagai Dinasti Manchu
dan adalah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Cina
setelah dinasti Yuan Mongol dan juga adalah dinasti yang terakhir di Cina.
Asing dalam arti adalah sebuah dinasti pemerintahan non-Han yang dianggap
sebagai entitas Cina di zaman dulu. Dinasti ini didirikan oleh orang Manchuria dari klan Aisin Gioro (Hanyu Pinyin:
Aixinjueluo), kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan dinasti sebelumnya
serta meleburkan diri ke dalam entitas Cina itu sendiri. Berkaitan dengan hal
itu Sun Yat-Sen adalah satu-satuny tokoh di China yang menganggap bahwa
:dinasti Qing ini adalah bangsa penjajah dan alangkah lebih baiknya jika tidak
memerintah lebih lama lagi di China, dimana kebijakan-kebijakan yang ada pada
masa pemerintahan dinasti Qing ini sangat bersifat feodal dan diktatoris, serta
membawa dampak yang buruk bagi kelangsungan bangsa China, sehingga munculah
rasa ingin mengubah hal tersebut dan akhirnya Sun Yat-Sen berhasil mengalahkan
imperium dinasti Qing dan mulailah terjadi perubahan sistem pemerintahan di
China yang lebih dikenal dengan revolusi China yang dimulai pada tahun 1911.
2.4.1
Berdirinya Partai Nasional Cina
Pada tanggal 24 November 1894 Sun Yatsen mendirikan
perkumpulan Cina Bangkit Kembali di Hawaii. Perkumpulan ini merupakan
perkumpulan revolusioner Cina pertama, dan para anggotanya terdiri dari
orang-orang Cina perantauan. Perkumpulan ini mempunyai tujuan untuk
menumbangkan Dinasti Qing dan mendirikan negara Republik Nasional Cina. Saat
Sun Yatsen berada di Jepang atas undangan mahasiswa Cina di Jepang, Sun Yatsen
yang ingin mengembangkan Xing Zhong Hui mengajak beberapa perkumpulan
revolusioner yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk bergabung. Sehingga
terbentuk suatu perkumpulan yang disebut dengan Tong Meng Hui
(Perkumpulan Persatuan) pada tahun 1906.
Pada tanggal 25 Agustus 1912 Song Jiaoren dan Sun
Yatsen membentuk partai baru, yaitu Partai Nasional Cina (Guomindang) di
Guangdong. Partai Nasional Cina (PNC) merupakan gabungan dari beberapa partai,
diantaranya adalah Partai Demokrasi (Min Zhu Dang), Partai Persatuan (Tong
Yi Dang), Partai Republik (Gong He Dang) dan Perkumpulan Persatuan (Tong
Meng Hui).
2.4.2
Berdirinya Partai Komunis Cina
Berdirinya Partai Komunis Cina (Gong Chan Dang)
dilatarbelakangi oleh Revolusi Bolshevik. Karena setelah revolusi ini
berhasil, komunisme mulai membentangkan sayapnya keseluruh dunia, salah satunya
adalah negara Cina. Keberhasilan Revolusi Bolshevik sangat menarik perhatian
para intelektual Cina, sehingga mereka banyak mempelajari buku-buku ajaran
komunisme. Hilangnya kepercayaan intelektual Cina terhadap negara-negara Barat,
semakin membuat mereka menyukai paham komunisme.
Li Dazhao, seorang profesor
di bidang sejarah dan juga seorang kepala perpustakaan pada tahun 1918
mendirikan perkumpulan “New Tide Society” yang mengkaji ajaran Marxisme.
Perpustakaannya terkenal dengan sebutan “Kamar Merah” (Hong Lou). Salah
satu pengikutnya adalah Mao Zedong, seorang
asisten perpustakaan Universitas Beijing (Beijing Daxue), Chen Duxiu seorang dekan
fakultas sastra, dan beberapa kaum intelektual lainnya.
Uni Soviet yang sedang
mengembangkan komunisme mulai mencari jalan, salah satunya adalah mengeluarkan
manifesto politik yang menguntungkan Cina pada Juli 1919 oleh Deputi Komisaris
Urusan Luar Negeri, Leo Karakhan. Berikut adalah beberapa dari manifesto
politik tersebut, yaitu:
·
Uni
Soviet akan mengembalikan semua daerah dan konsesi yang berdasarkan “perjanjian
tidak seimbang” kepada Cina.
·
Hak
ekstrateritorialitas dan pampasan perang dari peristiwa tinju akan dihapus.
·
Uni
Soviet akan berhenti ikut serta dalam mengelola bea cukai dan pajak garam di
Cina.
Manifesto tersebut membuat para intelektual Cina
semakin terpikat pada komunis. Kemudian pada tahun 1919 mendirikan cabang
komintern di Shanghai di bawah pimpinan Voitinsky. Kemudian atas desakan
komintern berdirilah Partai Komunis Cina pada Juli 1921 dan yang menjadi
Sekertaris Jenderal PKC pertama adalah Chen Duxiu.
2.4.3 Partai Nasional Cina berkoalisi dengan
Partai Komunis Cina
Partai Komunis Uni Soviet
(PKUS) menganggap bahwa PNC bersifat borjuis, tetapi menentang imprealisme dan
juga menganggap bahwa PNC adalah inti dari revolusi nasional di Cina. Karena
hal itulah PKUS mengutus Ir. H.J. Sneevliet alias Maring untuk bertemu dan
mengadakan kerjasama dengan Sun Yatsen. Pada saat sidang komite sentral PKC
bulan Agustus 1922, Sneevliet menyerukan kepada para pemimpin komintern untuk
membujuk PKC bahwa anggota mereka harus masuk ke PNC.
PKC kemudian mengirimkan
perwakilan untuk merundingkan dengan Sun Yatsen dan mengusulkan pembentukan
front persatuan untuk melawan musuh-musuh PNC dan menyatukan Cina. Uni Soviet
kemudian mengirim A.A. Yoffe untuk mengadakan perjanjian bersama pada tanggal
26 Januari 1923 yang isinya sebagai berikut (Nio, Joelan, Tiongkok Sepandjang
Abad):
·
Komunis atau sistem soviet tidak akan cocok
diterapkan di Cina, karena di Cina tidak ada keadaan yang memungkinkan
tumbuhnya atau sovietisme dengan berhasil,
·
Masalah terpenting bagi Cina adalah persatuan
bangsa dan kemerdekaan nasional,
·
Cina
dapat mengandalkan bantuan dari Uni Soviet.
Setelah pernyataan tersebut disetujui oleh kedua belah
pihak, kemudian pada bulan Januari 1924 PNC mengadakan Konggres Nasional
pertama di Guangdong. Menurut Willem G.J Remmelink (penterjemah) dalam buku
Sejarah Cina: Ikhtisar Sejarah dan Kebudayaan Cina dari zaman prasejarah sampai
masa kini, konggres ini memutuskan bahwa anggota PKC diperbolehkan masuk ke
dalam PNC secara perseorangan dengan syarat mereka harus tunduk kepada
asas-asas PNC dan memperoleh jumlah kursi yang sebanding dalam organisasi
partai pada berbagai tingkat dan bahwa penerapan komunisme di Cina pada saat
itu belum memungkinkan.
Atas instruksi Sun Yatsen, kemudian Chiang Kaishek
(Jiang Zhongzheng)
beranggapan bahwa PKUS tidak paham keadaan yang sesungguhnya mengenai revolusi
di Cina. dalam laporannya kepada Sun Yatsen, Chiang Kaishek mengatakan bahwa
PKUS berusaha membagi masyarakat kedalam perjuangan kelas agar terjadi konflik
diantara mereka.
Chiang Kaishek percaya bahwa institusi politik soviet
merupakan alat dari tirani dan teror, dan pada dasarnya bertentangan dengan
politik ideal PNC. Menurut pengamatannya siasat Soviet dan program dari
revolusi dunia yang disebarluaskan oleh Uni Soviet bisa mengancam kemerdekaan
nasional. Karena hal itulah ia menentang adanya kerjasama antara PNC dan PKC,
tetapi pendapatnya bertentangan dengan Sun Yatsen. Sun Yatsen menganggap Chiang
Kaishek terlalu berlebihan dalam menilai Uni Soviet, dan Sun Yatsen berpendapat
bahwa selama PNC dan San Min Zhu Yi diakui sebagai pemimpin revolusi
nasional, maka kaum komunis dapat dimanfaatkan.
Sun Yatsen kemudian memerintahkan Chiang Kaishek
untuk mendirikan Akademi Militer di Whampoa. Sementara itu Uni Soviet
mengirimkan penasehatnya ke Cina, salah satunya adalah Michael Borodin yang
kemudian menjadi penasehat politiknya Sun Yatsen dan Jenderal Vasili Blucher alias
Von Gallen diangkat sebagai pembantu teknis kemiliteran.
2.4.5
Tragedi Wuhan
Pada tahun 1911 Republik Cina berdiri setelah dinasti
Qing tidak berhasil mempertahankan kekuasaannya. Sun Yatsen adalah orang yang
mempunyai peran penting dalam menumbangkan dinasti Qing, tetapi yang menjadi
presiden pertama Cina adalah Yuan Shikai. Hubungan antara Yuan Shikai dengan
Sun Yatsen sering terjadi ketegangan. Sun Yatsen berada di daerah Cina Selatan
dan Yuan Shikai berada di Cina Utara.
Sun Yatsen menginginkan antara Cina Utara dan Selatan
bersatu, akan tetapi untuk mewujudkannya sangat sulit karena adanya para warlord
(raja perang; junfa). Para warlord itu antara lain adalah:
1.
Duan Qirui dari klik Anhui (Wanxi),
2.
Zhang
Zuolin dari klik Fengtian (Fengtianxi),
3.
Feng
Guozhang's dari klik Zhili (Zhixi) tetapi telah diambil alih oleh Cao
Kun, Wu Peifu , and Sun Chuanfang pada tahun 1919.
Dalam upayanya untuk
mempersatukan seluruh wilayah Cina, maka Sun Yatsen merencanakan ekspedisi ke
utara. Tetapi sebelum ekspedisi itu dilaksanakan, Sun Yatsen meninggal dunia.
Sejak saat itu PNC menjadi terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.
Aliran progresif (sayap kiri) dibawah pimpinan
Wang Qingwei
2.
Aliran
konservatif (sayap kanan) dibawah pimpinan Hu Hanmin
3.
Tentara hasil lulusan Akademi Militer Whampoa
dibawah pimpinan Chiang Kaishek
Chiang Kaishek kemudian berusaha mewujudkan harapan
Sun Yatsen dan merencanakan operasi militer dengan membagi pasukan militernya,
yaitu:
1.
Pasukan pertama bergerak kearah utara dengan
tujuan Wuhan dibawah pimpinan Jenderal Blucher yang di dominasi sayap kiri,
2.
Pasukan kedua bergerak ke arah timur laut
dengan tujuan provinsi Jiangsu.
Jenderal Blucher berhasil
merebut Wuhan dan ibukota pemerintah nasional sayap kiri dipindah kesana.
Sementara itu Chiang Kaishek berusaha menghindari bentrokan dengan pihak asing
ketika berusaha merebut Shanghai. Pada bulan Maret 1927 Shanghai berhasil
direbut, empat hari kemudian Nanjing juga berhasil direbutnya.
Sementara itu pada bulan
April 1927 terjadi pemogokan oleh kader komunis di Shanghai, mereka bahkan
mengambil alih beberapa industri besar dan membagikan senjata kepada kaum
buruh. Chiang Kaishek
kemudian menangkap dan membantai kaum komunis, peristiwa ini dinamakan “Teror
Putih”. Karena adanya pembantaian terhadap kaum komunis oleh Chiang Kaishek,
Ketua PKUS Joseph Stalin mengirim telegram kepada Michael Borodin yang isinya
antara lain:
·
Tanah
harus disita atas permintaan penguasa lokal saja dan bukan pemerintah nasional
·
Partai
harus memeriksa pelanggaran terhadap petani
·
Semua
anggota militer ang tidak dapat dipercaya harus di pecat
·
Buruh
dan petani yang baru di seleksi harus dapat menggantikan anggota lama di Komite
Sentral PNC
·
Pengadilan
revolusioner untuk pemeriksaan dari anggota militer reaksioner harus segera dibentuk.
Tetapi karena Borodin tidak mampu melaksanakannya,
kemudian ia meminta bantuan kepada Mohandas Narayan Roy untuk menyelesaikan
masalah tersebut. M.N. Roy memperlihatkan telegram tersebut kepada Wang Qingwei
dengan maksud untuk bekerjasama menjalankan instruksi tersebut.
Wang Qingwei meskipun termasuk PNC sayap kiri, tetapi
dia adalah seorang nasionalis. Sehingga setelah ia membaca telegram tersebut ia
berkesimpulan bahwa Uni Soviet ingin merubah revolusi nasional menjadi Cina
komunis. Wang Qingwei kemudian bergabung kembali dengan Chiang Kaishek dan
memutuskan hubungan kerjasama PNC-PKC dan mengusir para kader komintern yang
diperbantukan pada Republik Cina dari Cina. Pada tanggal 15 Juli 1927 PNC sayap
kiri di Wuhan mengusir komunis, sehingga Borodin dan Blucher terpaksa kembali
ke Uni Soviet.
Kaum buruh dan tani mengadakan gerakan revolusioner,
kaum petani merampas tanah milik tuan tanah lalu membagikan kepada petani
penggarap. Stalin menginstruksikan agar gerakan tersebut tetap dilanjutkan.
Tetapi Chiang Kaishek segera mengerahkan pasukannya, menangkap buruh-buruh yang
mogok, dan menggeledah rumah-rumah yang dicurigai sebagai pusat pemimpin
gerakan pemogokan dan sabotase.
Peristiwa ini menyebabkan terputusnya hubungan antara
PNC-PKC dan juga menandakan berakhirnya front persatuan. PNC sayap kiri bersatu
kembali dengan PNC sayap kanan, bahkan pada bulan februari 1928 pemerintahan di
Wuhan dibubarkan, sehingga Nanjing yang dijadikan markas besar Chiang Kaishek
kemudian diakui sebagai ibukota.
Didalam PKC sendiri Chen Duxiu dianggap orang yang
bertanggungjawab atas kegagalan dalam bekerjasama dengan PNC, sehingga dia
dihukum atas dasar oportunisme kanan. Kemudian dipilihlah Mao Zedong sebagai
Sekertaris Jenderal PKC yang baru.
2.4.6 Peristiwa Xi’an dan Bersatunya Kembali
Partai Nasional Cina dengan Partai Komunis
Cina
Jepang yang mempunyai hak
istimewa di jalur kereta api Manchuria Selatan dan juga telah membangun
industri secara besar-besaran merasa khawatir dengan kedudukannya setelah Cina
mulai bersatu dibawah PNC. Pada
tanggal 18 September 1931 terjadi suatu peristiwa, rel kereta api Manchuria
Selatan milik Jepang di bongkar. Jepang menuduh Zhang Xueliang panglima pasukan
Cina yang melakukannya. Dengan alasan tersebut, Jepang kemudian menyerang pasukan
Cina dan merampas Mukden. Pada tahun 1932 Jepang juga mendirikan negara boneka
Manchuguo dan Puyi sebagai kepala negaranya.
Cina sangat marah dan melaporkan kepada Liga
Bangsa-Bangsa (LBB), tetapi LBB tidak berhasil menangani masalah kedua negara tersebut.
Bahkan Jepang kemudian keluar dari LBB. Sebagai akibatnya, rakyat Cina
melakukan boikot ketat terhadap barang-barang Jepang. Jepang sangat tidak
menyukai adanya pemboikotan ini terutama yang terjadi di Shanghai, sehingga
sempat terjadi peperangan antara pasukan Cina dengan Jepang.
Walaupun tentara Jepang telah menyerang Manchuria,
tetapi serbuan tersebut kurang mendapat tanggapan dari Chiang Kaishek. Menurut
Chiang Kaishek kamunisme sangat berbahaya sehingga harus dimusnahkan terlebih
dahulu, sebaliknya bila melawan tentara Jepang merupakan hal yang sia-sia
karena tentara Jepang sangat kuat. Bahkan serbuan Jepang ke Manchuria tidak
dilawan oleh Chiang Kaishek, dan memerintahkan Panglima Manchuria untuk
memindahkan pasukannya ke Xi’an.
Pada tahun 1935 Zhou Enlai
utusan PKC secara tidak langsung menemui Chen Lifu utusan PNC untuk mengadakan
pendekatan dengan perwakilan pemerintah di Hongkong dan berharap agar
pemerintah menunjuk seseorang untuk bernegosiasi. PKC berharap agar perang
saudara berhenti dan bersatu melawan Jepang. Ketika Pan Hannian datang
bernegosiasi dengan Chen Lifu ke Nanjing, pemerintah Nanjing mengajukan
beberapa syarat, yaitu (Chiang, Kaishek, Soviet Russia in China):
Ø Berpegangan pada San Min Zhu Yi (Trisila yang
dirumuskan oleh Sun Yatsen)
Ø Mematuhi
perintah Chiang Kaishek
Ø Menghapus “Tentara Merah” dan berintegrasi kedalam
tentara nasional
Ø Pemerintah
Soviet Cina dihapu dan berintegrasi kedalam Pemerintah Nasional.
Keseluruhan syarat
tersebut telah disepakati bersama, tetapi belum mendapatkan pengesahan dari
Chiang Kaishek.
Sementara itu Mao Zedong berusaha menghasut Zhang
Xueliang dan Yang Hucheng. Ia mempengaruhi dan mengajak mereka untuk membentuk
suatu front persatuan nasional Cina anti Jepang. Mao Zedong juga menyebutkan
bahwa PKC bertujuan untuk mendirikan Republik Rakyat Cina, dimana semua
kelompok, perseorangan, dan angkatan bersenjata bersatu melawan Jepang. Kedua
panglima tersebut berhasil dipengaruhi dan mereka telah bersedia mendukung
demonstrasi mahasiswa di Xi’an yang dipelopori oleh PKC. Demonstrasi itu
menuntut Pemerintah Nasional Cina memerangi Jepang.
Chiang Kaishek kemudian pegi ke Xi’an untuk
menstabilkan keadaan dan merencanakan mengadakan pertemuan dengan para panglima
untuk menjelaskan kebijakan pemerintah terhadap komunis dan Jepang, juga
mengenai rencana di balik slogan komunis. Setibanya Chiang Kaishek di Xi’an, ia
diculik oleh Zhang Xueliang dan yang Hucheng di penginapannya. Kedua panglima tersebut
mengajukan beberapa tuntutan, tetapi Chiang tidak mau memenuhi tuntutan
tersebut walaupun keselamatannya terancam. Tuntutan-tuntutan tersebut
diantaranya adalah:
·
Menghentikan perang saudara,
·
Membebaskan seluruh tahanan politik,
·
Terjaminnya
kebebasan berpolitik dan berorganisasi,
·
Menjalankan amanat Sun Yatsen,
·
Segera
membentuk konferensi pembebasan rakyat.
Setelah Pemerintah Nasional Cina di Nanjing mendengar
berita penculikan tersebut segera merencanakan mengadakan penyerbuan ke Xi’an,
tetapi hal tersebut sulit dilaksanakan karena mengancam keselamatan Chiang
sendiri. Pihak Jepang menyatakan bahwa tuntutan tersebut harus ditolak, karena
bila tidak Jepang akan menyerbu Shanghai dan Nanjing. Keadaan yang kacau ini
dimanfaatkan oleh PKC dengan mengutus Zhou Enlai yang bertindak sebagai
penengah untuk menyelamatkan Chiang Kaishek dan mengadakan kerjasama antara
PNC-PKC.
Akhirnya Zhang Xueliang dan Yang Hucheng menyadari
kesalahannya dan membebaskan Chiang Kaishek. Peristiwa Xi’an membuat
PNC-PKC bersatu kembali dan membentuk front persatuan nasional anti Jepang pada
tanggal 10 Februari 1937.
2.5Keterkaitan China dalam Perang Dunia I
Adapun keadaan tentang masuknya Republik
Cina ke dalam Perang Dunia I adalah sebagai berikut: Pada 4 Februari 1917,
Menteri Amerika, Dr Reinsch, meminta Pemerintah Cina untuk mengikuti Amerika
Serikat dalam protes terhadap Jerman yang netral melawan kapal selam. On February 9th Pekin made such a protest to
Germany, and declared its intention of severing diplomatic relations if the
protest were ineffectual. Pada 9 Februari Pekin dibuat seperti protes ke
Jerman, dan menyatakan maksud pemutusan hubungan diplomatik jika protes itu
tidak efektif. The immediate answer of
Germany was to torpedo the French ship Atlas in the Mediterranean on which were
over seven hundred Chinese laborers. Jawaban langsung dari Jerman adalah
torpedo kapal Prancis Atlas di Mediterania yang sudah lebih dari tujuh ratus
buruh Cina. On March 10th the Chinese
Parliament empowered the government to break with Germany. Pada 10 Maret
Parlemen Cina diberdayakan pemerintah untuk memutuskan hubungan dengan Jerman,On the same afternoon a reply was received
from the German Government to the Chinese protest, of a very mild character.The
reply produced a great deal of surprise in China. jawaban tersebut
mengakibatkan kejutan besar di Cina.
A Chinese statesman made this comment on
the German change of attitude : "The troops under Count Waldersee leaving
Germany for the relief of Pekin were instructed by the War Lord to grant no
quarter to the Chinese. On the other hand, the latter were to be so disciplined
that they would never dare look a German in the face again. The whirligig of
time brings its own revenge, and today, after the lapse of scarcely seventeen
years, we hear the Vossische Zeitung commenting on the diplomatic rupture
between China and Germany, 'lamenting that even so weak a state as the Far
Eastern Republic dares look defiantly at the German nation."Seorang negarawan China membuat komentar
ini pada perubahan sikap Jerman: "Pasukan di bawah Count Waldersee
meninggalkan Jerman untuk meredakan Pekin yang diperintahkan oleh Tuhan Perang
tidak memberikan kuartal ke Cina. Di sisi lain, pernyataan yang terakhir itu mengandung
kesan bahwa mereka tidak akan pernah berani tampak dalam menghadapi Jerman
lagi. Seiring berjalannya waktu akhirnya menumbuhkan rasa balas dendam,
'meratapi bahwa bahkan begitu lemah suatu negara sebagai Republik Timur Jauh muncul
keberanian melawan negara Jerman". The breaking off of relations with Germany led to trouble between the
President of the Republic and the Premier.Putusnya hubungan dengan
Jerman menyebabkan masalah antara Presiden Republik dan Premier. The Premier de-sired to break off relations
without consulting Parliament. Premier menjadi bapak untuk menghentikan
hubungan tanpa berkonsultasi dengan Parlemen. The President insisted that Parliament should be consulted, which
was actually done. Presiden menegaskan bahwa Parlemen harus berkonsultasi.
The next move was to declare war, but
here the Chinese statesmen hesitated, and their hesitation arose through their
feeling toward Japan. Langkah
berikutnya adalah untuk menyatakan perang, tapi di sini negarawan cina
ragu-ragu, dan ragu-ragu mereka muncul melalui perasaan mereka ke Jepang. They sympathized with the Allies, but to
Chinese eyes Japan had stood for all that Germany, as depicted by its worst
enemies, stood for.Ada juga alasan lain mengapa mereka ragu-ragu untuk
menyatakan perang. Indeed the devotion
to peace, which is deep-rooted in the nation, would be a sufficient reason in
itself. Memang pengabdian untuk perdamaian, yang berakar dalam bangsa,
akan menjadi alasan yang memadai dalam dirinya sendiri.Moreover, China, like other neutral nations, was a strong
center for German propaganda. Selain itu, Cina, seperti negara-negara
netral lainnya, adalah pusat yang kuat untuk propaganda Jerman. German consuls and diplomatic officers, who
were scholars in Chinese literature and philosophy, and who also had sufficient
funds to entertain Chinese officials as they liked to be entertained, were
actively endeavoring to influence Chinese statesmen. Jerman konsul dan
pejabat diplomatik, yang dalam bahasa Cina sarjana sastra dan filsafat, dan
yang juga memiliki dana yang cukup untuk menghibur para pejabat Cina ketika
mereka suka dihibur, sehingga mereka secara aktif berusaha untuk mempengaruhi
negarawan cina.The Chinese Government,
however, was determined to declare war, and to secure sup-port the Chinese
Premier summoned a council of military governors to consider the question.
Pemerintah Cina, bagaimanapun juga, bertekad untuk menyatakan perang, dan untuk
mengamankan support Premier, Cina memanggil seorang dewan gubernur militer
untuk mempertimbangkan pertanyaan. The
majority of the conference agreed with the Premier, but a vigorous opposition
began to develop. Mayoritas konferensi setuju dengan Premier, tapi
oposisi yang kuat mulai berkembang. On
May 7th the President sent a formal request to Parliament to approve of a
declaration of war. Pada 7 Mei Presiden mengirim permintaan resmi kepada
Parlemen untuk menyetujui sebuah deklarasi perang. Parliament delayed and was threatened by a mob. Parlemen
tertunda dan terancam oleh massa. The
Premier was accused of having instigated the riot and sup-port began to gather
for Parliament, and an attack was made on the Premier as being willing to sell
China. Premier dituduh telah menghasut kerusuhan dan sup-port mulai
berkumpul untuk Parlemen, dan serangan dibuat di Premier sebagai bersedia
menjual cina. Pada tanggal 14 Agustus China secara resmi bergabung dengan
Sekutu dan menyatakan perang terhadap Austria dan Jerman. She took no great part in the war, except to
invade the German and Austrian settlements in Tientsin and Hankow, which were
taken over by the Chinese authorities. Dia tidak mengambil bagian besar
dalam perang, kecuali untuk menyerang Jerman dan Austria di pemukiman Tientsin dan Hankow, yang diambil
alih oleh pihak berwenang China. The
Chinese officials also seized the Deutsche Asiatische Bank which had been
financing agent in China for the German Government, and fourteen German vessels
which had been interned in Chinese ports. Para pejabat China juga
menyita Asiatische Deutsche Bank, agen di Cina untuk Pemerintah Jerman, dan
empat belas kapal-kapal Jerman yang telah magang di pelabuhan-pelabuhan Cina. Thousands of Chinese coolies were sent to
Europe to work in the Allied interests behind the battle lines, and China has
in all respects been faithful to her pledges. Ribuan kuli Cina dikirim
ke Eropa untuk bekerja di kepentingan Sekutu di belakang garis pertempuran.
Proklamasi On August 14th China
formally joined the Allies and declared war on Austria and Germany.The official
war proclamation of China which was signed by President Feng-kuo-chang
re-viewed China's efforts to induce Germany to modify her submarine policy.
perang resmi Cina yang ditandatangani oleh Presiden Feng-kuo-chang cina dilihat
kembali upaya untuk mendorong Jerman untuk mengubah kebijakan kapal selam-nya. It declared that China had been forced to
sever relations with Germany and with Austro-Hungary to protect the lives and
property of Chinese citizens. Hal ini menyatakan bahwa Cina telah
dipaksa untuk memutuskan hubungan dengan Jerman dan dengan Austria-Hongaria
untuk melindungi kehidupan dan harta benda warga negara Cina dan It promised that China would respect the
Hague Convention, regarding the humane con-duct of the war, and asserted that
China's object was to hasten peace.berjanji bahwa Cina akan menghormati
Konvensi Den Haag, mengenai staff manusiawi dari perang, dan menegaskan bahwa
Cina Tujuannya adalah untuk mempercepat perdamaian.
s
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam makalah ini berusaha untuk menjelaskan
tentang Revolusi di cina Di dalam perjuangannya Sun
Yat-sen sebagai pelopor terjadinya revolusi di China berusaha keras untuk
merubah sistem pemerintahan yang sebelumnya dipegang oleh dinasti Qing, dimana
dalam menjalankan pemerintahannya sangat tidak berprospek dalam memajukan bangsa
China dan sehingga munculah rasa ingin merubah keadaan yang terjadi ini dengan
mengganti sistem pemerintahan pada era ini, dengan cara mengalahkan atau
mengganti tampuk kepemimpinan yang baru, akhirnya pada tahun 1911 mulailah
terjadi sebuah perubahan sistem pemerintahan yang menggantikan dinasti Qing, yang
dikenal dengan revolusi China.
Rasa frustrasi karena penolakan Dinasti Qing untuk melakukan reformasi
serta karena kelemahan Cina terhadap negara-negara lain, membuat timbulnya
revolusi yang terinspirasi oleh ide-ide Sun Yat-sen untuk menghapuskan sistem
kerajaan dan menerapkan sistem republik di Cina. Pada tanggal 12 Februari 1912,
kaisar terakhir Qing, Kaisar Xuantong turun tahta, menyusul Revolusi Xinhai.
Sebulan setelahnya, pada 12 Maret 1912, Republik Cina didirikan dengan Sun
Yat-sen sebagai presiden pertamanya.
Kemudian pada tahun 1919
mendirikan cabang komintern di Shanghai di bawah pimpinan Voitinsky. Kemudian
atas desakan komintern berdirilah Partai Komunis Cina pada Juli 1921 dan yang
menjadi Sekertaris Jenderal PKC pertama adalah Chen Duxiu.
DAFTAR
PUSTAKA
1)
Wiriaatmadja,Rochiati,A.Dasuki, Dr.Dadan
Wildan, M.Hum.2003.Sejarah dan Peradaban Cina: analisis filosofis-historis dan
sosio-antropologis. Bandung;Humaniora Utama Press.
2)
Taniputera, Ivan, 2009, History of China,
Jogjakarta; Ar-Ruzz Media
3)
100 Tokoh Paling Berpengaruh Abad
20. Penerbit Nuansa